Ada kalanya seluruh kisah tak dapat tertuang, bukan, tapi memang tidak memiliki tempat untuk dituangkan. 
Ada kalanya juga air mata tidak dapat lagi terpendam dipelupuk mata, tapi terlalu malu untuk ditampakkan.

Pada saat itu, orang-orang disekitar terlalu riuh, terlalu bising untuk sekedar mendengar kisah dan tangisanmu.
Kemudian, tidak ada seorangpun untuk bersandar, tidak ada satu tempat pun untuk pulang apalagi berpijak.

Saat itu, kamu akan menyadari bahwa satu-satunya orang sekaligus tempat untukmu kembali hanya satu, pada pencipta-Mu.
Kamu tak perlu berpijak jika tak sanggup, cukup berlutut dan bersujud, atau sekedar menengadahkan tangan untuk berkeluh kesah. Pada waktu itu, segala kisah dan airmata bertemu menjadi satu. Hingga kamu merasa tenang dan tanpa sadar semuanya sudah berlalu begitu saja.


Semarang, 2019