Postingan pertama ditahun 2019


Kamis, 17 Januari 2019



Teruntuk,
Lelaki yang tidak mengetahuiku,
tetapi sering aku ceritakan dalam blog ini

 Dua hari yang lalu, aku kembali bertemu kamu setelah satu semester kulalui tanpa melihatmu hampir disetiap harinya, seperti dulu

Pertemuan yang bisa dibilang mendadak, karena sebelumnya aku tidak berpikir akan datang pada acara ulang tahun almameter SMA, dimana tahun ini angkatan kita yang menjadi penanggungjawab untuk salah satu bagian acara perayaan itu tentang edukasi perguruan tinggi bagi adik kelas. Kamulah yang menjadi pemegang tanggungjawab terbesar bagian acara itu. Karena itu, aku tahu kalau kamu pasti akan hadir diacara itu.

Ketika teman-temanku mengajakku untuk datang ke acara tersebut, aku menyanggupi saja karena kebetulan ada hal lain yang harus kulakukan untuk pergi ke sekolah itu. Pikirku, aku akan datang untuk melakukan urusanku, bertemu teman-temanku, dan melihat sebentar acara angkatanku meski aku tidak turut andil apapun didalamnya, kalaupun dapat kembali melihatmu saat itu kuanggap sebagai bonus saja. Karena memang, alasanku untuk datang kala itu hanya untuk dua tujuan awal yang kusebut.

Tak disangka, saat pertama kali kaki-ku kembali menginjakkan ruang aula sekolah, kamulah orang pertama yang aku lihat dari luar pintu ruang aula tersebut, begitupula kamu melihatku. Saat itu, kamu berdiri disisi ruangan seperti sedang membicarakan hal penting dengan temanmu dan kamu menyempatkan untuk melihat kearah pintu aula yang terbuka, dimana saat itu ditengah-tengah acara aku baru saja tiba, namun tidak berniat untuk masuk. Aku tidak memiliki keberanian untuk masuk karena merasa aku bukan siapa-siapa dalam acara itu, jadi seperti rencanaku, aku memang hanya akan melihat acaranya sebentar. Tapi, saat itu justru aku mendapatkan bonus, bertemu kamu.

Kali kedua aku melihat kedalam ruang aula, kamu berganti lawan bicara. Kamu berbicara dengan teman lelaki satu kelasku yang cukup dekat denganku dan sangat dekat denganmu. Bisa aku lihat, kamu berbicara dengannya sambil sesekali melihatku. Apa itu tentang aku?

Setelah melihat acara itu sebentar, aku dan teman-temanku berpindah kesisi sebelah aula, tepatnya untuk melihat lomba flashmob adik kelas di lapangan basket sekaligus bertemu dan berbincang dengan teman laki-laki kelasku disana. Saat acara edukasi dan flashmob itu berlangsung bersamaan, aku tidak tahu jika kamu beberapa kali terlihat mondar-mandir didekatku jika teman-temanku tidak memanggilku dan memberitahu kalau kamu sedang berjalan kearahku—bukan, hanya sekedar berjalan melewatiku tepatnya.

Tak sampai disitu, lagi-lagi kita bertemu walaupun aku sudah berpindah tempat. Bukannya disengaja, tapi sepertinya memang kamu saja yang sedang sibuk dengan acaramu sehingga mengharuskan kamu berjalan kesana kemari. Iya hanya kebetulan semacam itu.

Tapi, entah mengapa sekarang kamu terlihat berbeda. Ada satu hal yang membuatku bingung dan mengharuskanku berpikir untuk dua hari karenanya. Jika dulu, saat kita masih berada satu sekolah dan bisa dibilang hampir setiap hari bertemu, kamu saja tidak pernah menyadari kehadiranku apalagi melihatku. Tapi, mengapa setiap kali kamu berjalan kearahku hari itu, kamu selalu menyempatkan untuk melihatku bahkan tersenyum? Mungkin aku terlalu percaya diri, tetapi teman-teman disebelahku sampai menyikutku dan mengatakan tentang hal yang sama. Jadi, aku tidak berhalusinasi, kan?

Karena hal itu, meski hari telah berlalu, tapi aku masih saja memikirkan perubahanmu terhadapku hari itu. Itu membuatku bingung dan penasaran disaat yang bersamaan.

Butuh dua hari untuk memikirkannya hingga hari ini aku menulis artikel ini, sepertinya aku baru saja tahu alasan dibalik perubahanmu itu. Saat aku melihat sosial media milikmu dan aku baru menyadari suatu hal jika terakhir kali aku berkomunikasi denganmu adalah saat hari ulang tahunmu dua bulan lalu, aku mengirimkan pesan untuk mengucapkan selamat padamu tepat saat tengah malam. Saat itu, aku berpikir jika waktu terakhir kita bertemu saat upacara pembukaan masa orientasi kampus, alhamdulillah kita berada satu almamater lagi, meskipun berbeda lingkungan dan faktanya kita mungkin akan jarang atau bahkan tidak bertemu lagi, sehingga aku pikir tidak akan apa-apa jika aku mengirimmu pesan lebih dulu, karena aku takkan perlu malu saat bertemu kamu. Tapi, sepertinya aku salah. Betapa bodohnya aku melupakan hal krusial yang satu itu dan ternyata kita bertemu lagi setelah dua bulan bahkan mungkin kamu masih mengingat pesanku, sehingga mungkinkah karena itu kamu sekarang melihat dan tersenyum padaku saat melewatiku?