Aku Nyaman Bersamamu
Sejak lama kepergianmu, aku selalu merindukanmu. Merindukan
segala sosok yang ada di dirimu, rindu akan segala percakapan diantara kita,
merindukan segala curahan hati diantara kita. Aku masih mengharapkan
keberadaanmu disini bersamaku seperti dulu. Aku rindu segala yang ada pada dirimu.
Iya kamu, lelaki yang ku kenal saat pertama kali aku menginjakkan kaki di
Sekolah Dasar. Entahlah bagaimana kita bisa kenal dan bagaimana cara kita dulu
berkenalan hingga bisa seperti sekarang? Haha aku benar-benar sudah tak ingat
tentang hal itu. Tapi yasudahlah, toh akhirnya kita saling kenal satu sama
lain.
Kau masih ingat tidak? Dulu aku pernah duduk satu meja
denganmu dikelas yang sama. Kita sering bercanda bersama, bermain-main bersama,
dan juga belajar bersama. Kamu dulu juga sering curhat denganku tentang
perempuan yang kamu suka, dan itu adalah sahabat karibku sendiri. Kamu banyak
bercerita tentangnya dan banyak bertanya tentang dia, ya aku tau kau
menyukainya, maka dari itu aku membantumu agar bisa dekat dengan sahabatku, aku
seperti menjadi perantara diantara hubungan kalian berdua. Haha konyol! Aku
bahkan tak tau jika aku sendiri terasa ada yang mengganjal saat kau bercerita
tentang kesukaanmu pada sahabatku ini. Ah lupakan!
Saat itu, aku pernah menyuruhnya agar dia segera
mengungkapkan perasaannya pada sahabatku. Aku berjanji akan menolongnya. Ya
dengan nafas setengah sesak, aku berusaha setiap hari bilang pada sahabatku
bahwa lelaki ini menyukainya. Tapi, sahabatku selalu tak percaya, ia bahkan
acuh tak acuh menanggapi perkataanku, ia berpikir bahwa aku berbohong dan
sekedar ingin bercanda. Tidak! Aku serius.
Ah tapi tetap saja ia tak merespon lebih pada lelaki ini. Lelaki ini hampir putus asa, karna segala cara yang telah ia perbuat selalu saja tak ada respon lebih. Aku berusaha sebisa mungkin membangkitkan semangatnya yang hampir hilang, aku menyuruhnya untuk segera mengungkapkan isi hatinya pada perempuan yang ia cintai, agar ia tau yang sebenarnya.
Ah tapi tetap saja ia tak merespon lebih pada lelaki ini. Lelaki ini hampir putus asa, karna segala cara yang telah ia perbuat selalu saja tak ada respon lebih. Aku berusaha sebisa mungkin membangkitkan semangatnya yang hampir hilang, aku menyuruhnya untuk segera mengungkapkan isi hatinya pada perempuan yang ia cintai, agar ia tau yang sebenarnya.
Yap! Dorongan semangat itu dariku berhasil membangkitkan semangatnya kembali. Ia melakukan apa yang aku katakan. Aku sendiri tak tahu bagaimana cara lelaki itu mengungkapan isi hatinya pada wanita pujaannya itu. Ah yasudahlah yang penting, aku tak kehilangan semangat darinya.
***
Siang itu disekolah, aku bertemu dengannya. Ia datang
menghampiriku sambil membawa sebuah kertas, dan entah itu apa. Lalu, mata kami
saling bertemu dalam diam. Ia tak berbicara apapun, ia hanya memberikan sepucuk
surat yang ada ditangannya itu kepadaku tanpa berbicara sepatah katapun. Tapi,
matanya berbicara, ia seperti memberikan isyarat padaku, agar aku membuka dan
membaca isi surat tersebut. Aku mengerti apa yang di-isyarat-kan olehnya. Aku melakukannya, dan begitu aku selesai
membacanya. Spontan aku langsung melontarkan berupa pertanyaan yang cukup
mengagetkanku.
“Jadi, kamu
nembak dia?”
Dia hanya mengangguk tanpa berbicara dan tanpa ekspresi
apapun diwajahnya. Pertanyaan ini masih menggantung, tak ada jawaban yang
jelas. Berulang kali aku bertanya dengan pertanyaan yang sama dan berusaha
bertanya apa yang barusan terjadi, bertanya lebih jelasnya lagi.
Ia pun akhirnya mau menceritakan semuanya padaku, ia bercerita ditempat duduk kami berdua didalam kelas. Kebetulan memang kami duduk sebangku.
Ia pun akhirnya mau menceritakan semuanya padaku, ia bercerita ditempat duduk kami berdua didalam kelas. Kebetulan memang kami duduk sebangku.
Setelah aku tahu ceritanya, aku baru mengerti kenapa ia terlihat begitu sedih, se-sedih ini. Ternyata, lelaki ini tadinya ingin menyatakan perasaannya pada perempuan yang ia sukai lewat sebuah surat cinta. Tapi ternyata, sahabatku si perempuan ini tak merespon lebih apa yang sudah dilakukan oleh lelaki ini. Perempuan ini justru terlihat malu karna surat cinta yang tadinya harusnya bersifat pribadi, justru menjadi bahan ejekkan dari teman-teman lainnya. Karna mereka semua sudah tau isi surat tersebut, semua teman-teman sekelas kami sudah mengetahuinya, jadilah seperti ini. Perempuan ini merasa dipermalukan, tapi lelaki ini justru lebih merasa sedih atas sikap yang dilakukan sang perempuan hingga membuatnya merasa sakit hati dan malu sebenarnya.
Aku berusaha menguatkannya disaat mentalnya sedang down, disaat yang lain mengejek, hanya aku yang menguatkan dan selalu berada disampingnya. Tapi, ia tak pernah menyadari itu dan tak pernah sedikitpun mengucapkan rasa terimakasih atas apa yang telah aku lakukan untuknya.
Yasudahlah! Semuanya sudah berakhir, semuanya sudah
terlambat. Ia mungkin takkan pernah mengucapkan rasa terima kasih itu padaku.
Karna semua sudah terlambat, ia sudah pergi, pergi ke suatu kota dan entah
kapan akan kembali. Dia berbohong! Dia berbohong padaku. Mana janjinya yang
katanya ia akan kembali setelah satu tahun kepergiannya. Ia tak kunjung
kembali, bahkan hingga kini yang sudah melebihi batas janjinya, lebih dari satu
tahun, dua tahun, tiga tahun, bahkan sudah hampir 5 tahun mungkin. Entahlah!
Kami tak pernah berhubungan sejak kepergiannya, kami lost
contact selama dia pergi. Entah apakah dia masih mengingatku atau melupakan
aku? Yang jelas, aku masih mengingatnya. Aku sendiri saja masih ingat dan hafal
betul siluet wajah lelaki itu. Tapi, entah bagaimana sekarang, apakah masih
sama seperti dulu atau sudah berubah? Yang lebih jelas lagi, aku akan
menunggumu kembali. Entah sampai kapan.
Ada suatu perasaan yang membuatku betah berlama-lama bercengkerama denganmu.Orang-orang biasa menyebutnya dengan nyaman. Itulah kata yang tepat untukmu.