Asa yang Usai
Aku pikir, rasaku pada lelaki itu telah usai
Ternyata belum—atau justru tidak?
Dan kembali terjadi,
Ketika aku berhasil menjalani hari-hariku dengan bahagia, hingga aku lupa pernah sejatuh suka itu pada seseorang—yang dulunya selalu aku temui di sekolah, yang selalu aku usahakan agar ia melihatku, yang selalu aku tunggu kabarnya melalui media sosialnya. Aku sudah lupa. Bahkan, aku sudah lupa dengan rasa itu.
Namun, Tuhan selalu punya cara. Entah apa kali ini, ia menghadirkan kembali lelaki tersebut melalui media sosialnya yang sejak lama tertutup rapat.
Tuhan seolah menyapaku untuk pertama dan terakhir, memperingatkanku sekali lagi kalau 'Hey, pria ini masih bersama kekasihnya yang sejak tahun lalu ia gandeng. Dia yang sejak awal kamu tahu di sekolah menengah tak pernah terlihat bersama perempuan. Kamu tau 'kan artinya apa? Apa lagi yang kamu harapkan?'.
Gambar yang ia unggah di media sosialnya kala itu, aku bisa lihat betapa besar kasihnya dan keseriusannya.
Di hari tepat aku melihat unggahan itu, aku sudah yakin bahwa sudah seharusnya aku mundur dan menyudahi rasa ini. Aku tahu ini adalah jawaban dari kegundahanku selama ini yang hanya saja terkubur oleh lupa saat sosok itu tak pernah lagi terlihat dalam jangkauanku.
Aku sudah memutuskan sejak hari itu, aku akan menutup rapat pintu ini, akan aku kunci sampai ada orang lain yang dengan kesungguhan hatinya berniat masuk, dan menciptakan kunci baru hingga ia berhasil masuk dan menjadikannya rumah untuk menetap.
Sudah aku lakukan dan aku sedang menunggu.
Namun, sialnya ..
Dalam perjalanan yang baru beberapa langkah ini, aku goyah.
Gelita. Aku tidak bisa melihat, ada apa didepan sana.
Aku takut. Terlalu takut.
Haruskah aku kembali dan mengambil kunci yang aku buang sebelumnya atau tetap menunggu kunci yang baru?
Entah! Aku bodoh karena hanya terjebak di lingkaran asa ini.
Bodoh, karena tidak beranjak meski mengaku sudah pergi.
Sebenarnya apa yang aku cari?
Aku tahu jawabannya, tapi tidak tahu siapa yang memilikinya.
Kendal, 22 Agustus 2023
- Iyasa N.