Reblog: Bagaimana Jika...
Reblog from Dara Prayoga
Foto: Juneee
Terus saja memendam rasa. Memang tak terasa sampai semuanya
hampa.
Apakah kamu pernah membayangkan? Kamu terus memendam rasa
untuknya. Melihat gerak demi gerak tubuhnya. Membayangkan setiap senyumnya.
Kemudian merefleksikannya di langit-langit kamar. Lalu secara otomatis
mengembangkan senyummu sendiri, hingga kamu merasa gila dan insomnia dalam
waktu bersamaan.
Kamu pernah merasakan? Mengendap-endap. Mencuri pandang akan
indah dirinya. Menimbang-nimbang akan menyapanya. Mengurungkan semua niat
seraya membuang muka ketika dia menengok ke arahmu. Di saat itu juga kamu kesal
karena tak mendapatkan sapanya, tetapi bahagia karena dengan menegok ke arahmu,
berarti dia menyadarimu.
Apa kamu pernah mengharapkan? Menapaki jalan yang berbeda
setiap harinya. Kemudian menghentikan pencarian jalan dan terus melewatinya
ketika tahu bahwa dia juga menginjakkan kaki di sana. Berpapasan dengannya
secara pura-pura tidak sengaja.
Pernahkah kamu memikirkan? Semua sumringah yang menyelinap
ke dalam kelopak mata. Mengganggu semua mimpi yang hendak hadir. Mengubah semua
benak menjadi layar putih, memproyeksikan khayalan demi khayalan tentang
dirimu. Hanya karena kamu menyebut namaku, meski tidak dengan benar.
Namun apakah kamu pernah melamunkan? Bahwa sesungguhnya dia
melakukan hal yang sama denganmu, hanya saja dia sama keras kepalanya denganmu.
Kepala batu dan hati berliannya memaksanya memendam perasaan, seperti kamu.
Semuanya dilalui sampai waktu yang lama, lebih lama dari
yang pernah kamu bayangkan. Hingga masing-masing dari kamu lupa, kemudian
menemukan sangkar hati yang baru. Bagaimana jika, ketika kamu merasa bahwa yang
kamu dapatkan sekarang benar-benar untukmu, kamu mendapati dia yang pernah kamu
cinta dalam diam, ternyata juga mencintaimu. Dalam diam.
Bagaimana jika…